Selasa, 18 Februari 2020

Dear Neptunus (3)

Dear Neptunus, Saya merasa kamus saya telah habis, sudah tertutup rapat..
Saya tidak bisa merangkai kata lagi, semenjak saya membaca novel pertama saya, sampai saya lupa tepatnya kapan..

Saya ingin sekali menjadi penulis, tapi karena apa keinginan itu terkikis saya juga lupa..
Neptunus, apakah ada didalam realitas sebuah keajaiban? Cinderella yang menemukan sebelah sepatunya, Sleeping Beauty yang dibangunkan tidurnya oleh kecupan, atau bahkan Keenan yang telah menyibak awan dan menemukan bintangnya?

Mungkin saya sudah lelah, berangan-angan atau saya memang menunggu waktu yang tepat..
Berputar-putar menjadi orang lain, untuk pada akhirnya menjadi diri sendiri..
Ya kan? Saya sekarang menjadi seorang penikmat saja..
Cuma bisa menjerit senang saat penulis favorit saya mengeluarkan bukunya, bahkan mengadaptasinya ke layar lebar..

Saya cuma bayangan dari para penggemar berat, yang padahal lebih fanatik dari siapapun..
Begini saja saya sudah merasa cukup walau tidak menulis buku saya sendiri..
Saya senang bisa menjadi bagian dari Agen Neptunus, walau saya bukan aquarius..
Saya tahu ini sudah jalannya, seperti perahu kertas Kugy yang selalu sampai pada akhirnya ke lautan kepada kamu, Neptunus..

Dear Neptunus (2)

Hai Neptunus, apa kabar di laut biru?
Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu kisah tentang perjalanan hatiku..
Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.
Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri..

Bagimana kita bisa terus jalan kalau tempat kita berpijak saja beda..
Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir, selama kita cuma diam dan tidak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu, tidak akan pernah jadi kenyataan..
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar dan Bumi hanyalah sebutir debu dibawah telapak kaki kita.

Buat apa dia kembali? Buat apa muncul sejenak lalu menghilang lagi nanti?
Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa., tidak juga janji, atau kesetiaan..Tidak ada..
Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak bisa dipaksa oleh apa pun, oleh siapa pun..
Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola seharusnya, tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri. Secerdas-cerdasnya otakmu, tidak mungkin bisa dipakai untuk mengerti hati..

Carilah orang yang tidak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya..
Hati tidak pernah memilih, hati dipilih karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh..
Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat sekeliling dan tersenyum..

Menyerah sama realistis itu beda tipis..
Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama apa yang kita pikirkan..
Ujung-ujungnya kita juga tau, diri kita sebenarnya dan mana yang bukan diri kita..
Dan kita juga tau apa yang kita ingin jalani..
Aku tidak mau sepuluh, dua puluh taun dari hari ini, aku masih terus-terusan memikirkan orang yang sama, bingung diantara penyesalan dan penerimaan..

Tidak akan ada masa depan bila tidak ada masa lalu, pengkhianat terbesar adalah harapan kosong..
Kenyataan terpahit adalah kenyataan yang tak setinggi harapan itu..
Carilah orang yang tidak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.
Karena bersamamu, aku tidak takut lagi jadi pemimpi..
Mungkin memang harus begini, mungkin harus ini jalannya, meski semua kelihatan baik baik saja, aku merasa tersesat..

Apa yang tak terucap, apa yang tersembunyikan..itulah yang lebih mengkhawatirkan..
Dalam hidup, kita harus memilih antara Mimpi dan Realita..
"There’s time where we need to survive and there’s time where we must surrender.”

Dear Neptunus (1)

Dear Neptunus, Aku mencintainya..
Didepannya aku menjadi diriku sendiri..
Seperti airmu, yang selalu membawa semua pesanku..

Dia pun begitu, membuatku hanyut oleh sorot matanya..
Membuatku lupa oleh kesederhanaan suaranya..
Sampai aku tak bisa katakan apa-apa padanya..
Bahkan untuk sekedar bilang rindu atau butuh..

Banyak yang tidak mengerti, lalu terluka dan saling menyalahkan..

Karena itu, aku takut bicara tentang hati..
Maka aku tuliskan saja lalu kusimpan dan mungkin kukirim ke entah kemana..